Kamis, 24 Maret 2016

Sisa Kejayaan Majapahit di Museum Trowulan

Paket Wisata Pantai Santolo - Daya tangkap serta imajinasi tiap-tiap anak tidak sama keduanya. Ada anak yang gampang menghapal nama tokoh serta momen utama kerajaan di Nusantara sesudah membaca buku histori berkali-kali. Ada juga yang lebih suka menghapal nama serta muka menteri Orba yang tercetak diatas karton tidak tipis yang senantiasa ada di setiap toko buku se-Indonesia.

Saat duduk di bangku sekolah basic sampai menengah, pelajaran histori di kelas tak ada menariknya untuk saya. Nada guru histori yang lirih itu terdengar seperti dongeng pengantar tidur. Tak dapat berikan bayangan seperti apa muka tokoh besar dinasti-dinasti di Nusantara. Sungguh lebih menarik dengarkan nada fresh VJ MTV terlebih nada empuk Tante Sisca waktu membawakan acara bertopik Aroma.

Sesudah beranjak dewasa serta telah terlanjur terserang aspek U, saya mengerti kalau belajar histori lebih merasuk waktu dipelajari segera di lapangan. Rasakan segera bukti kejayaan satu tempat, mendengar segera narasi yang di sampaikan oleh masyarakat lokal, terlebih lihat temuan tidak terduga waktu lakukan penelusuran. Untuk saya itu adalah langkah paling efisien untuk belajar histori.


Sama seperti waktu lihat segera bekas peradaban Kerajaan Majapahit di Museum Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Walau museumnya tampak pucat tanpa ada di beri kesegaran ala anak muda oleh pihak berwajib, nyatanya koleksi di dalamnya sungguh bermacam serta bernilai tinggi untuk Indonesia. Mujur saat itu saya serta sebagian kawan didampingi oleh seseorang guide yang ingin mengantar masuk ke sebagian ruangan serta menerangkan temuan dari lokasi Kerajaan Majapahit.

Terdaftar Kerajaan Majapahit berdiri dari th. 1293 sampai roboh pada th. 1500 M dengan pusat kerajaan di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit adalah lanjutan dari Dinasti Singasari yang didirikan oleh Ken Arok di kompleks Singosari, Malang (dapat di baca komplitnya disini). Secara singkat Raden Wijaya membangun kerajaan baru bernama Majapahit yang penamaannya di ambil dari buah Maja yang rasa-rasanya pahit yang banyak diketemukan di daerah Tarik, awal pusat pemerintahan kerajaan baru.

Keseruan narasi histori dari dinasti yang beragama Hindu-Buddha itu kalau kerajaan ini pernah mempunyai seseorang pemimpin wanita bernama Tribhuana Wijayatunggadewi. Tribhuana Wijayatunggadewi yang memimpin Majapahit dari th. 1328-1350 adalah anak dari Raden Wijaya serta selirnya yang bernama Styletri Rajapatni (putri dari Kertanagara – raja paling akhir Singasari). Sepanjang pemerintahannya, Tribhuana dibantu oleh patih Gajah Mada yang digambarkan sebagai sosok pemberani yang berpipi tembem serta berbibir tidak tipis.

Pada saat menyiapkan putra Tribhuana yang bernama Hayam Wuruk sebagai raja ke empat Majapahit, Gajah Mada memperluas lokasi ekspansi Majapahit sampai ke luar Jawa Timur. Hayam Wuruk sendiri baru naik tahta ketika usianya mencapai usia 16 th. sesudah ibunya mengundurkan diri. Raja muda itu lalu memimpin kerajaan Majapahit dari th. 1350-1389. Keberanian serta ketrampilan berpolitik Gajah Mada sukses membawa Majapahit yang telah di pimpin oleh Hayam Wuruk sebagai satu diantara kerajaan yang disegani.

Seperti narasi dinasti pendahulunya, keruntuhan satu kerajaan senantiasa dimulai oleh keserakahan bakal duit serta perebutan kekuasaan yang seakan tak ada ujungnya. Kejayaan kerajaan Majapahit dinyatakan selesai pada th. 1500-an. Lokasi kerajaan terpecah iris, nampak pemberontakan untuk pemberontakan sampai pada akhirnya cuma tersisa masa lalu, legenda, narasi dari mulut ke mulut yang kerap diragukan kebenarannya.

Bekas kejayaan serta bukti perkembangan arsitektur, persenjataan, sampai system pengairan di pemukiman serta lokasi Majapahit dapat dipelajari lebih cermat didalam Museum Trowulan. Koleksi museum yang juga dikenal dengan Pusat Info Majapahit itu awalannya datang dari koleksi dari Gedung Arca Mojokerto yang didirikan oleh R. A. A Kromodjojo Adinegoro dibantu dengan Ir. Henry Maclaine Pont pada tanggal 24 April 1924. Dari bangunan simpel yang awal mulanya terbuat bermaterial alam dengan harapan tak mengakibatkan kerusakan website yang mungkin saja tertanam di bawahnya, pernah ditutup pada th. 1942 waktu penjajahan Jepang, sampai berupa bangunan dua lantai bertembok permanen seperti saat ini.

Terdapat banyak ruangan yang dibedakan berdasar pada type peninggalannya. Satu ruangan penyimpanan koleksi terakota, lalu ruangan spesial menaruh peninggalan terbuat dari logam seperti keris, blencong, genta, peralatan melaksanakan ibadah yang lain sampai hiasan pintu. Sekali lagi, pengaturan koleksi disini tampak kurang menarik untuk generasi muda. Imajinasi mesti dipakai serta bebrapa pintar temukan kesenangan didalam ruangan itu.

Lain perihal dengan koleksi ukiran batu yang dijajarkan dibagian tengah serta belakang. Ada macam relief candi yang dihimpun dari banyak daerah di Jawa Timur. Ukiran Lotus di batu andesit jadi kekhasan dari masa Majapahit. Masihlah ada koleksi arca dewa-dewi seperti Wisnu Garuda Kencana, Ardhanari (simbol persatuan Dewa Siwa serta istrinya Dewi Parvati), Ceritamha (penjelmaan Dewa Wisnu dengan bentuk manusia berkepala singa), Dwarapala, Kinnari serta bentuk yang lain.
Kinnari,

Sekilas letak koleksi arca, prasasti serta relief di Museum Trowulan belum sangat rapi serta enak diliat, dan menumpuk kurang teratur. Bahkan juga tingkat keamanannya juga dipertanyakan. Namun menurut saya keadaannya tambah baik daripada keadaan ruangan batu di Museum Nasional – Jakarta yang koleksinya ditempatkan sama-sama berhimpitan, terkadang dilekatkan dengan semen supaya koleksi tak geser dari tempatnya, jauh dari kata waras! Huft.

Didalam angan terbayang museum ini nantinya jadi satu museum dengan standard museum dunia yang diisi kebanggaan serta kesadaran pihak berwenang yang mewakili semua warga negara Indonesia. Bentuk penghargaan pada bekas peradaban yang pernah di ciptakan oleh Majapahit. Tinggal pilih pada selalu punya mimpi atau ingin wujudkan mimpi.

Lihat Juga : Vidio Sulap Mustahil




Jumat, 11 Maret 2016

Kedung Pedut, Segarnya Bermain Air di Water Park Alami

Tiket Masuk Darajat Pass - Kedung Pedut adalah kombinasi pada air terjun dengan kolam-kolam alami berwarna hijau toska nan indah. Di water park alami ini wisatawan dapat bermain air sepuasnya bahkan juga melompat dari tumpukan batu-batu ataupun jembatan bambu, byuuuur!
Kedung Pedut, Water Park Alami

Bermain air di water park dengan bermacam wahana yang menantang nyali bakal jadi pengisi berlibur yang begitu terkesan. Tetapi bagaimana bila water park itu yaitu water park alami yang airnya mengalir dari air terjun setinggi 15 mtr.? Sudah pasti ini lebih menantang serta mengasyikkan. Kedung Pedut yang terdapat di lokasi Perbukitan Menoreh menghidangkan petualangan itu.


Dalam bhs jawa kata kedung berarti kolam atau genangan air yang cukup dalam. Kedung Pedut yaitu object wisata baru yang menghidangkan kombinasi air terjun serta kedung dengan air berwarna biru kehijauan nan indah. Bukan sekedar satu kedung, di kompleks wisata alam ini ada banyak kolam alami dengan kedalaman beragam mulai satu sampai empat mtr.. Semasing kolam mempunyai nama sendiri-sendiri, serta Kedung Pedut yaitu kolam dengan ukuran terbesar hingga jadikan nama object wisata ini. Air yang isi kolam-kolam ini datang dari air terjun Kedung Pedut.

Dari terlalu jauh kolam-kolam air yang bertumpuk-tumpuk ini berwarna toska. Wisatawan dapat melihat keindahannya dari gardu pandang yang ada di ketinggian. Untuk makin membuat cantik obyek wisata ini, pengelola sudah bangun beragam fasilitas seperti kursi-kursi, gardu pandang, jembatan, dan pancuran yang semua terbuat dari bambu. Wisatawan juga dapat berlarian diatas jembatan bambu yang melintang diatas kedung lalu melompat ke air, byuuur! Sungguh mengasyikkan. Mandi di pancuran dari tujuh sumber mata air juga bakal memberi kesegaran sendiri. Berhubung tempat ini alami serta bebas dari kandungan kaporit jadi dapat di pastikan akan tidak bikin kulit kering atau mata pedih walau berlama-lama berendam.
Tempat serta Langkah Menuju Kedung Pedut

Kedung Pedut terdapat di Dusun Kembang, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo. Untuk meraih tempat ini wisatawan bisa melalui rute Jalan Godean – Perempatan Nanggulan – Pasar Kenteng – Kecamatan Girimulya – Pasar Jonggrangan – Pertigaan Gua Kiskendo belok kiri – Pertigaan Grojogan Mudal belok kiri – Pertigaan Kembang Soka belok kiri. Untuk nikmati kesegaran water park alami ini wisatawan cukup membayar cost retribusi sebesar Rp 3. 000.